Assalamu Alaikum,  lulluare...!   |  sign in  |  registered now  |  need help ?

Sejarah dan Kisah Islam di Tanah Mandar (Sulawesi Barat)

Written By ian on Minggu, 21 Agustus 2011 | 01.54

















Islam pertama kali masuk di Mandar, diperkirakan berlangsung pada Abad ke – 16.
Tentang hal itu terdapat tiga pendapat sebagai berikut :


  • Menurut Lontara Balanipa masuknya Islam di Mandar dipelopori oleh Abdurrahim Kamaluddin yang juga dikenal sebagai Tosalamaq Dibinuang. Ia mendarat di Pantai Tammanggalle Balanipa. Orangpertama yang memeluk agama Islam Ialah Kanne Cunang Maraqdia”Raja” Pallis, kemudian Kakanna I Pattang Daetta Tommuane, Raja Balanipa ke-4.
  • Menurut Lontara Gowa, Masuknya Islam di Mandar dibawa oleh Tuanta Syekh Yusuf (Tuanta Salamaka).
  • Menurut salah sebuah surat dari Mekkah bahwa masuknya Islam di Sulawesi (Mndar) di bawa oleh Sayid Al Adiy bergelar Guru Ga’de berasal dari Arab Keturunan Malik Ibrahim dari Jawa. Pendapat yang kedua diatas secara tidak langsung ditolak oleh Dr. Abu Hamid yang dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa Syekh Yususf Tuanta Salamaka tidak pernah kembali ke Sulawesi Selatan sejak kepergiannya ke Pulau Jawa sampai dibuang ke Kolombo Srilangka, kemudian ke Afrika Selatan dan meninggal disana. Diperkirakan Agama Islam masuk ke Daerah Mandar berlangsung dalam abad ke-16. Pada waktu itulah para pelopor membawa dan menyebarkan islam di Mandar yaitu Syekh Abdul Mannan ( Tosalamaq Disalabose) Sayid Al Adiy, Abdurrahim Kamaluddin, Kapuang Jawa dan Sayid Zakariah. Masuknya Islam di daerah ini dengan cara damai dan melalui Raja-raja.


Berikut Kisah Pengembang dan Pembawa Ajaran Agama Islam di Tanah Mandar :


Adam to Salamaq
Hidup  pada permulaan abad ke-17 M dan beliau  dikenal salah satu Penganjur Agama Islam termasuk di tanah Mandar, tidak diketahui jelas darimana asal-usulnya, namun beliau diduga berasal dari Sumatera, sebelumnya beliau berdiam di kampong Melayu Makassar, dan dari Makassar beliau ke Mandar dan menetap di Luaor Pamboang.
Alkisah beliau menyebarkan agama Islam ke daerah lain, dengan cara berdakwah pada daerah-daerah yang disinggahinya, ketika bersama dengan pelaut dan pedagang dari Luaor, pada waktu berlayar ke Manado, Ambon, Maumere dan tempat-tempat lain di pantai timur Sulawesi, dikisahkan rombongannya selalu luput dari para perompak kekejaman Bajak laut yang merajalela pada waktu itu, membuat  dirinya di percaya oleh murid-muridnya memliki keistimewaan atau kesaktian pada waktu itu.
Dari mulut kemulut kisah-kisah istimewah atau aneh ini yang terjadi pada diri yang dikenal sebagai Adam to Salamaq ini menyebar ke berbagai pelosok, terutama di daerah Pamboang sendiri.
Keanehan-keanehan sering terjadi dalam kehidupannya sehari-hari, bahkan ramalannya tepat tentang hari kematiannya dan tempat pemakamannya.
Beliau dimakamkan di Lakkaqding Somba menjelang hari kematiannya, diatas perahu dalam perjalanan dari Sulawesi Utara ke Kampung Luaor yang dimanan sebelumnya beliau berpesan untuk singgah di Lakkading.
Angin buritan sangat baik, anak buahnya bermaksud tidak akan singgah di Somba, namun perahu yang sedang melaju setelah melewati Somba, tiba-tiba terhenti, dan dalam keadaan sakit beleiau bertepi mendarat di Lakkaqding, kemudian berjalan menuju ketempat seberkas sinar yang memancar di kaki bukit, dimana disitulah tempat pemakaman yang sebelumnya ia sudah tentukan.
Perjalanan lanjut ke Luaor, dimana perjalanan ini berjarak 22 KM dari Lakkaqding Somba. Keesokan harinya beliau meninggal dunia, Ahli warisnya memenuhi wasiatnya dimana yang sebelumnya ia berpesan untuk dimakamkan di lakkaqding.
Sampai sekarang hamper setiap saat selalu saja ada pengunjung yang ziarah kemakamnya terutama warga masyarakat Luaor, Kec . Pamboang, kab. Majene.


Sayid Al Adiy
Penganjur agama islam bergelar Guru Gadge, ada yang berpendapat beliau adalah penganjur/pembawa Agama Islam yang pertama ke daerah Mandar. Makam beliau terletak di Lambanan Kec. Balanipa Kab. Polmas. Salah satu makam yang dianggap keramat dan selalu di ziarahi orang.
Mempunyai silsilah yang lengkap sampai tujuh generasi/lapis. Turunannya berperawakan mirip Arab, Cucunya yang kedua bernama H. Muhammad Nuh.

Syekh Syarif Ali
Syekh Syarif adalah salah satu Penganjur agama Islam di Tanah Mandar.
Dikisahkan beliau berasal dari Mekah, dirinya meninggalkan Mekah bersama saudaranya ,Syekh Syarif Husain, (menurut cerita bahwa beliau tinggal di Cikoang, Kab Takalar).
Menurut cerita rakyat, bahwa beliau berangkat dari Mekah melalui laut, dengan mengendarai selembar appar pasambayyaganna atau dalam bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai Tikar Sembahyangnya, kemudian ia memiliki tongkat besi sepanjang 2 meter, diceritakan ada 7 tongkat yang berganti-ganti dijadikan kemudi, perjalanan ditempuh 7 hari 7 malam.
Peppitu raqda Peppitu tuo ringena’ tujuh kali tanggal tujuh kali tumbuh giginya,. Tanggal diwaktu malam dan tumbuh diwaktu siang.
Beliau tinggal di Lakkaqding Somba (Kec. Sendana, Kab. Majene) membangun sebuah Masjid dan kawin dengan yang bernama Manaq, dari hasil perkawinannya tersebut beliau dianugerahi tiga orang anak yaitu : Syekh Haedar tinggal di Lakkading Somba, Syekh Muhammad tinggal di Luaor pamboang, dan Syekh Ahmad yang tinggal di Salaparang. Dari Somba melanjutkan dakwah  Agama Islam ke daerah Buol Toli-toli, di daerah ini beliau menderita sakit hingga menemui ajalnya di daerah ini, Kuburan Makamnya ada didaerah Buol Toli-toli

Syekh Muhammad Ali
Syekh Muhammad, adalah penganjur agama Islam.
Ada yang mengatakan dia dating dari Buol Toli-toli, menurut Lakasi, M. Sakoh dan Djalani, Syekh Muhammad berasal dari Pulau Dewakang, Pangkajene Kepulauan.
Pertama kali tiba di Luaor, Kec. Pamboang Kab. Majene, beliau menginap dirumah penduduk bernama Pua Djaodi. Pua Djaodi lantas berguru kepada Syekh Ahmad dan sekaligus menjadi muridnya yang setia.
Pua Djaodi mengajaknya menetap di Luaor dan dibuatkan sebuah rumah tinggal, disekitar rumah tersebut ada mata air, lantas dari mata air trersebut Syekh Muhammad menyuruh muridnya untuk membuat sebuah kolam kecil yang difungsikan menjadi tempat mengambil air wudhu.
Warga disekitarnya bersimpati, mereka memperbaiki dan memperbesar tempat mengambil air wudhu atau tempat mengambil air sembahyang tersebut dan akhirnya dikenal dengan nama Kollang “Kolam”.

Syekh Muhammad kawin dengan seorang janda yang mempunyai dua orang anak, setahun kemudian ia dianugerahi anak kandung laki-laki yang diberi nama Bolong “Hitam”., karena kulit anak tersebut gelap hitam maka digelar Bolong.
Syakh Muhammad cukup disegani oleh warga masyarakat disekitarnya, menurut keyakinan mereka, kalua berbuat tidak sepatutnya kepada Syekh, mereka akan mabusung, “kena tulah atau kualat”.
Menjadi guru di samping menyebarkan syariat agama Islam dan akhirnya Syekh menderita sakit selama tiga hari tiga malam. Setelah meninggal beliau dikuburkan ditempat sesuai yang diamanahkannya. Aneh hari keempat sejak kematiannya tanah kuburannya mengembang menjadi tinggi seperti ditimbuni.
Makamnya dipelihara oleh masyarakat dengan baik, Bangunan makam dibiayai oleh Puaq Sewali  (Almarhum).
Menurut cerita rakyat, pada Makamnya biasa terjadi hal-hal yang luar biasa, dan dianggap keramat.
Peristiwa-peristiwa itu antara lain :
1.   Suatu saat ketika sejenis penyaki berjangkit merajalela di Luaor, tiba-tiba terdengar keluar suara Adzan, suara Adzan tersebut diyakini suara Syekh Muhammad Ali
2.     Pernah terjadi tanpa diketahu sebab musababnya air kollang “kolam” meluap dan mengeluarkan bau harum.
3.   Menurut kebiasaan mereka yang percaya atas kesaktian Syekh Muhammad Ali, orang-orang dari dalam  dan juga luar daerah Luaor, apabila akan berpergian menyeberangi lautan, mereka dating mengambil air kolam tersebut, dan dibawa sebagai jimat penangkal bala. Ketika angin kencang dan ombak besar menghadang di tengah lautan, dengan menyebut namanya, demikian yang dipesankan sewaktu masih hidup, menuangkan air azimat tersebut itu kelaut, maka ombak besar segera menjadi tenang, dan angin kencang itupun akan mereda.


Syekh Al Magribi
Syekh Al Magribi dikenal juga dengan gelar saiyyeq Kittaq. Menurut cerita, beliau berasal dari Maroko Afrika. Murid To Salamaq di binuang.
Dikisahkan pada suatu hari seorang ahli sihir yang punggawa rampok di Tammanggalle mendengar berita bahwa ada orang sangat berpengaruh di Kerajaan Binuang karena kesaktiannya. Orang yang dimaksud adalah Tuan di Binuang, popular juga disebut to Salamaq di Binuang. Ahli sihir yang punggawa rampok dari Tammangalle berlayar menuju Binuang, untuk mencari Tosalamq di Binuang, sebelum sampai kepada tujuan perahunya dilanda badai dan terhanyut dibawa arus laut. Kitab-kitabnya yang berisi ilmu Ghaib yang sedianya hendak dijadikan acuan untuk mendebat Tosalamaq di binuang tenggelam kedasar laut. Sang ahli sihirpun pingsan, dan setelah sadar ternyata dia ada di Pantai Takkatidung. Sang ahli sihir berjalan tertatih-tatih, tiba-tiba dilihatnyaseorang lelaki berjubah putih berjalan-jalan di Pantai. Dia bertanya “hai orang berjubah!.. apa nama daerah ini..? Lelaki berjubah putih itu tidak menjawabnya, ia hanya menancapkan tongkatnya di depan kaki ahli sihir tersebut yang merupakan punggawa Rampok tersebut. Dari bekas tancapan tongkatnya terlihat mengalir air, tidak berapa lama kemudian ia bertanya, Apa yang tuan cari di tempat ini..? Saya hendak mencari Tuan di Binuang,” jawab ahli sihir tersebut. Ada keperluan apa tuan mencarinya..? Aku ini murid beliau,” kata lelaki berjubah putih tersebut.  Aku akan menantangnya adu kesaktian dan ilmu ghaib, kata sang ahli sihir yang punggawa rampok,” tapi sayang kitab-kitab yang berisi ilmu gaibku telah tenggelam ke dsar laut, ketika perahuku diserang badai.”
“Bukankah itu kitab-kitab yang kau bawah dari rumahmu..? kata lelaki yang berjubah putih tersebut sambil menunjukkan kitab-kitab yang tiba-tiba muncul keluar dari dsar laut melalui tongkatnya.
“Betapa tinggi ilmu berjubah ini, apalagi gurunya, katanya dalam hati.” Ahli sihir yang juga Punggawa rampok tersebut mengurungkan niatnya untuk meneruskan perjalanannya ke Binuang untuk menantang Tuan di Binuang. Serta merta berjongkok, takluk di hadapan Syekh Al Magribi. Ia menyatakan kesediannya menjadi pengikut agama Islam. Tempat air yang memancar dari bekas tancapan tongkat Syekh Al Maghribi masih ada sampai sekarang, oleh masyarakat setempat disebut Bujung Manurunggnge “Sumur Manurung”, maksudnya sumur ghaib turun dari langit. 

Bujung Manurunggnge terdapat di pantai Takatidung Polewali, “hilang buat sementara” bila air laut pasang dan jika telah surut, sumur itu tampak lagi. Airnya tawar dan segar, digunakan oleh penduduk disekitarnya.
Makam Syekh Al Maghribi terletak dalam kompleks Makam Tosalamaq di Binuang bersama Makam Syekh Al Ma’ruf di Pulo Tangnga, Desa Ammasangangan, Kec Binuang. Kab. Polmas.


Syekh Abdul Mannan
Syekh Abdul Mannan, bergelar To Salamaq di Salabose.  Pembawa dan penganjur Agama Islam yang pertama masuk di wilayah kerajaan Banggae, diperkirakan pada abad ke-16 (ada juga yang berpendapat pada abad ke-17).
Pada masa itu yang menjadi Raja Banggae adalah, Tomatindo di Masigi (gelar yang diberikan kepada Raja tersebut setelah meninggal dunia), putra Daetta Melattoq Maraqdia Banggae-Putri Tomakakaq / Maraqdia Totoli. Membangun dan menjadi Imam yang pertama di Masjid Salabose di Buttu Sallabose, Banggae.
Makamnya terletak di arah utara, 500 meter dari Masjid tersebut. Makamnya dikeramatkan, dan ramai diziarahi orang dari berbagai penjuru.

Syekh Zariah
Syekh Zakariah adalah penganjur Agama Islam, yang pertama masuk ke Kerajaan Pamboang sekitar Tahun (1665). Bergelar Puang di Somba berasal dari Magribi Zazirah Arab.
Raja Pamboang masa itu, Isalarang Idaeng Mallari bergelar Tomatindo Diagamana. Kawin dengan puatta Boqdi putri Raja Pamboang. Beliau dimakamkan di Somba Kec. Sendana Kab. Majene.
Bersama Raden Suryodigolo (atau ada juga yang menulis Surya Adilogo) Kapuang Jawa berlayar dari Tanah Jawa langsung ke Pelabuhan Pamboang.


Sumber :

  • Dari Jalaluddin 1 Jan 1979, Lakkaqding Somba Kab. Majene dari berkas permohonannya untuk diangkat jadi pemelihara Makam To Salamaq Adam kepada  kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Sulawesi
  • Dokumen Syekh Abdul Rajab Adnan, cucu Syarif Al Haseni.
  • Dokumen Seksi Kebudayaan Kandepdikbud Kab. Majene 8 April 1978 oleh Mustafa T, Penilik Kebudayaan Kec. Pamboang Kab. Majene.


dikutip dari buku ENSIKLOPEDI Sejarah Tokoh & Kebudayaan Mandar oleh Suradi Yasil

0 komentar:

Posting Komentar