Mungkin sebagian besar rakyat Indonesia belum mengenalnya, namun Beliau (Ibu Agung) adalah seorang tokoh pejuang/pahlawan melawan penjajah yang paling dikenal dan dipuja oleh rakyat Sulawesi Barat. Baru-baru ini, Ibu Agung atau biasa dikenal Andi Depu diusulkan oleh Kementerian Sosial (Kemensos) untuk menjadi Pahlawan Nasional. Bahkan Ibu Depu atau Maraqdia Arayang Balanipa adalah satu-satunya perempuan dari 10 tokoh yang diusulkan untuk menjadi pahlawan nasional.
Saat perang mempertahankan kemerdekaan, di seluruh Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat hanya wilayah Tinambung Polewali Mandar yang tidak bisa dikuasai pasukan Belanda. Ibu Depu adalah sosok yang memimpin perjuangan Merah-Putih di Tinambung Polewali Mandar. Saat Belanda ingin menancapkan kembali kekuasaan di tanah Mandar, Ibu Depu adalah sosok yang berdiri paling depan mempertahankan merah putih. Dia juga seorang perempuan yang meninggalkan istana kerajaan demi membantu perjuangan pra kemerdekaan di Mandar. Belanda sendiri mengatakan dialah musuh besar.
Berikut ulasan lebih lanjut tentang Hajjah Andi Depu Maraddia Balanipa :
Hj. Andi Depu adalah Raja Balanipa ke 52 dan juga seorang pejuang kemerdekaan di tanah Mandar. Beliau lahir di Tinambung, Kab. Polman 1907. Dan wafat pada tanggal 18 Juni 1985 di Makassar. Puteri Raja Balanipa yang ke-50, Laqju Kanna Idoro dengan ibu bernama Samaturu. Dalam masa pemerintahannya, para pejabat kerajaan lainnya ialah Maraqdia Matoa: H. Abd. Madjid, Maraqdia Malolo: Andi Baso Parenrengi, Maraqdia Saraq (Kali): K.H. Djalaluddin Gani/ H. Abd. Razak, Paqbicara Kaiyyang: Andi Pasilong, Paqbicara Kenjeq: Ba’dulu/M.Anwar, Pepuangan Limboro: Badullahi/H.Ibrahim, Pepuangan Biring Lembang: Yahyadin/M.Albar, Pepuangan Lambeq: Puangnga I Maula, Pepuangan Lakka: Pa’duai.
Bersaudara seibu bapak dengan Abd. Madjid, Rahman Abd. Razak, H. Abd. Malik, Cicci dan Rokki. Di masa kanak-kanaknya disapa dengan nama Mania. Nama yang selalu dipakai dan lebih popular, Depu. Menurut H. Abd.Razak, adik kandungnya, kata depu berasal dari kata karepuq ‘jelek/tak cantik’, diucapkan kepuq menjadi depu. Ibundanya memberinya panggilan kesayangan Sugiranna Andi Sura. Pendidikan formal hanya tingkat Volkschool. Pada tahun 1923, ia menikah dengan Andi Baso Pabiseang. Andi Baso Pabiseang, setelah beberapa tahun menjalankan jabatan raja, 1939 dilantik menjadi Maraqdia Balanipa ke-51. Dari perkawinannya melahirkan hanya seorang anak, anaq mesa-mesa ‘anak tunggal’ yaitu Andi Parenrengi. Pada masa perjuangan merebut dan menegakkan kemerdekaan, perkawinannaya pecah karena gigih dan konsisten menentang Belanda sedangkan suaminya tidak. Andi Baso Pabiseang tidak setuju dengan sepak terjang Andi Depu.
Saat perang mempertahankan kemerdekaan, di seluruh Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat hanya wilayah Tinambung Polewali Mandar yang tidak bisa dikuasai pasukan Belanda. Ibu Depu adalah sosok yang memimpin perjuangan Merah-Putih di Tinambung Polewali Mandar. Saat Belanda ingin menancapkan kembali kekuasaan di tanah Mandar, Ibu Depu adalah sosok yang berdiri paling depan mempertahankan merah putih. Dia juga seorang perempuan yang meninggalkan istana kerajaan demi membantu perjuangan pra kemerdekaan di Mandar. Belanda sendiri mengatakan dialah musuh besar.
Berikut ulasan lebih lanjut tentang Hajjah Andi Depu Maraddia Balanipa :
Hj. Andi Depu adalah Raja Balanipa ke 52 dan juga seorang pejuang kemerdekaan di tanah Mandar. Beliau lahir di Tinambung, Kab. Polman 1907. Dan wafat pada tanggal 18 Juni 1985 di Makassar. Puteri Raja Balanipa yang ke-50, Laqju Kanna Idoro dengan ibu bernama Samaturu. Dalam masa pemerintahannya, para pejabat kerajaan lainnya ialah Maraqdia Matoa: H. Abd. Madjid, Maraqdia Malolo: Andi Baso Parenrengi, Maraqdia Saraq (Kali): K.H. Djalaluddin Gani/ H. Abd. Razak, Paqbicara Kaiyyang: Andi Pasilong, Paqbicara Kenjeq: Ba’dulu/M.Anwar, Pepuangan Limboro: Badullahi/H.Ibrahim, Pepuangan Biring Lembang: Yahyadin/M.Albar, Pepuangan Lambeq: Puangnga I Maula, Pepuangan Lakka: Pa’duai.
Bersaudara seibu bapak dengan Abd. Madjid, Rahman Abd. Razak, H. Abd. Malik, Cicci dan Rokki. Di masa kanak-kanaknya disapa dengan nama Mania. Nama yang selalu dipakai dan lebih popular, Depu. Menurut H. Abd.Razak, adik kandungnya, kata depu berasal dari kata karepuq ‘jelek/tak cantik’, diucapkan kepuq menjadi depu. Ibundanya memberinya panggilan kesayangan Sugiranna Andi Sura. Pendidikan formal hanya tingkat Volkschool. Pada tahun 1923, ia menikah dengan Andi Baso Pabiseang. Andi Baso Pabiseang, setelah beberapa tahun menjalankan jabatan raja, 1939 dilantik menjadi Maraqdia Balanipa ke-51. Dari perkawinannya melahirkan hanya seorang anak, anaq mesa-mesa ‘anak tunggal’ yaitu Andi Parenrengi. Pada masa perjuangan merebut dan menegakkan kemerdekaan, perkawinannaya pecah karena gigih dan konsisten menentang Belanda sedangkan suaminya tidak. Andi Baso Pabiseang tidak setuju dengan sepak terjang Andi Depu.
Pada tahun 1944, mendirikan Fujinkai, wadah gerakan wanita Mandar melatih/menggodok dan memupuk semangat juang merebut kemerdekaan yang “telah dijanjikan” oleh Jepang. Dikala hidup, dimulai dari masa perjuangan merebut dan mempertahankan Kemerdekaan RI, selalu memihak dan mencintai rakyat sampai menghembuskan nafas yang terakhir. Lebih popular disapa ‘Ibu Agung’. Suka duka perjuangan telah dirasakannya, dimata-matai, diawasi, diintimidasi, direncanakan untuk dibunuh oleh musuh, dipenjarakan dan disiksa oleh tentara Belanda di Tangsi Militer di Majene. Haj.Andi Depu Ibu Agung adalah anggota veteran RI Golongan A, pangkat militer Kolonel Tituler. Dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Panaikang Makassar. Karena dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Panaikang Makassar, penyusun ensiklopedi mengusulkan nama dan gelar lengkap amarhumah ‘Hajjah Andi Depu Ibu Agung Maraqdia Balanipa Tomatindo di Panaikang’.
Tanda Penghargaan Andi Depu :
1. Bintang Mahaputra IV Presiden Soekarno
2. Bintang Gerilya sebagai Panglima Kris Muda, 1958
3. Satya Lencana Peristiwa Perang Kemerdekaan Kesatu
4. Satya Lencana GOM III (PM Djuanda)
5. Satya Lencana GOM IV
6. Satya Lencana Peringatan Perjuangan Kemerdekaan
7. Surat Penghargaan Panglima Kelaskaran Kris KSAD Jenderal TNI AH Nasution
8. Satya Lencana Bhakti
9. Warga Kehormatan Makassar.
Sumber : Buku Ensiklopedia tentang Mandar dan harian Fajar Lokal Makassar
kampoeng-mandar.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar