Assalamu Alaikum,  lulluare...!   |  sign in  |  registered now  |  need help ?

Satuni dan kecapi Mandar yang terlupa

Written By ian on Kamis, 25 Juni 2015 | 07.06

Usianya boleh tua dan tarikan suaranya mungkin tak sekuat dulu lagi, namun semangat Satuni untuk terus memainkan kecapi Mandar yang hampir punah masih terus menyala.
Kecapi Mandar yang dimainkan oleh perempuan dikenal juga dengan nama kacaping tobaine, kecapi khas yang hanya bisa Anda temui di Kabupaten Polewali Mandar.
Pemainnya sudah sangat jarang dan diklaim hanya dua orang yang masih aktif memainkannya, yaitu Satuni dan kakak perempuannya, Marayama, yang berusia sekitar 81 tahun.
"Sudah turun temurun belajar, nenek-nenek saya, orang tua, sudah bermain kecapi dari dulu," kata Satuni menggunakan bahasa Mandar, saat ditemui BBC Indonesia pekan lalu.
Ingatan perempuan berusia 75 tahun itu masih tajam. Dia bercerita tentang pengalamannya ketika bermain kecapi di Benteng Rotterdam, Makassar, pada era penjajahan Jepang.
Dia juga mengaku sudah pergi ke mana-mana, tampil di tiap kecamatan di Polewali Mandar dan juga beberapa kali diundang ke Makassar untuk acara budaya dan pemerintahan. Dulu, menurut Satuni, upahnya hanya sekitar Rp300.

Lirik yang spontan

Awalnya kecapi Mandar dimainkan untuk "pelipur lara" untuk individu di rumah-rumah.
"Biasa dimainkan untuk menghibur diri sendiri, kemudian berkembang menjadi hiburan untuk acara-acara sunatan dan perkawinan. Kecapi dimainkan dari rumah ke rumah, lorong ke lorong," kata Dalif, periset budaya Mandar yang juga menjadi pendamping Satuni.
Bentuk kecapi perempuan berbeda dengan kecapi untuk laki-laki karena lebih melengkung seperti ayunan.
Kecapi macam ini kemudian diibaratkan seperti bayi karena ketika dimainkan, seniman duduk dengan kaki kiri yang mengangkat - seolah-olah menggendong dengan mendekatkan kecapi ke dada.
Untuk lagunya, ada tiga tema besar yang dibawakan, yaitu Tolo (yang berisi cerita kepahlawanan), Tere (nyanyian pujian pada orang), dan Masala (nyanyian religi).
Uniknya, lirik yang dibawakan tidak terbatas. Pemain kecapi bisa spontan membuat lirik berdasarkan apa yang dia lihat ketika tampil atau disesuaikan dengan tema acara.
Saat ini, tidak ada anak muda yang mewarisi permainan kecapi ini dan tradisi permainan kecapi perempuan di Mandar hanya menggantungkan nasibnya pada dua maestronya, Satuni dan Marayama.

0 komentar:

Posting Komentar