Usianya boleh tua dan tarikan
suaranya mungkin tak sekuat dulu lagi, namun semangat Satuni untuk terus
memainkan kecapi Mandar yang hampir punah masih terus menyala.
Kecapi Mandar yang dimainkan oleh perempuan dikenal juga dengan nama kacaping tobaine, kecapi khas yang hanya bisa Anda temui di Kabupaten Polewali Mandar.
Pemainnya
sudah sangat jarang dan diklaim hanya dua orang yang masih aktif
memainkannya, yaitu Satuni dan kakak perempuannya, Marayama, yang
berusia sekitar 81 tahun.
"Sudah turun temurun belajar,
nenek-nenek saya, orang tua, sudah bermain kecapi dari dulu," kata
Satuni menggunakan bahasa Mandar, saat ditemui BBC Indonesia pekan lalu.
Ingatan
perempuan berusia 75 tahun itu masih tajam. Dia bercerita tentang
pengalamannya ketika bermain kecapi di Benteng Rotterdam, Makassar, pada
era penjajahan Jepang.
Dia juga mengaku sudah pergi ke mana-mana,
tampil di tiap kecamatan di Polewali Mandar dan juga beberapa kali
diundang ke Makassar untuk acara budaya dan pemerintahan. Dulu, menurut
Satuni, upahnya hanya sekitar Rp300.
Lirik yang spontan
Awalnya kecapi Mandar dimainkan untuk "pelipur lara" untuk individu di rumah-rumah.
"Biasa
dimainkan untuk menghibur diri sendiri, kemudian berkembang menjadi
hiburan untuk acara-acara sunatan dan perkawinan. Kecapi dimainkan dari
rumah ke rumah, lorong ke lorong," kata Dalif, periset budaya Mandar
yang juga menjadi pendamping Satuni.
Bentuk kecapi perempuan berbeda dengan kecapi untuk laki-laki karena lebih melengkung seperti ayunan.
Kecapi
macam ini kemudian diibaratkan seperti bayi karena ketika dimainkan,
seniman duduk dengan kaki kiri yang mengangkat - seolah-olah menggendong
dengan mendekatkan kecapi ke dada.
Untuk lagunya, ada tiga tema
besar yang dibawakan, yaitu Tolo (yang berisi cerita kepahlawanan), Tere
(nyanyian pujian pada orang), dan Masala (nyanyian religi).
Uniknya,
lirik yang dibawakan tidak terbatas. Pemain kecapi bisa spontan membuat
lirik berdasarkan apa yang dia lihat ketika tampil atau disesuaikan
dengan tema acara.
Saat ini, tidak ada anak muda yang mewarisi
permainan kecapi ini dan tradisi permainan kecapi perempuan di Mandar
hanya menggantungkan nasibnya pada dua maestronya, Satuni dan Marayama.
0 komentar:
Posting Komentar