Bahasa koneq-koneqe, pertama kali mendengar bahasa ini saat melemparkan topik kuliah tweet seputar kecamatan Campalagian di kabupaten Polewali Mandar. Saat itu salah satu follower tiba-tiba menyoal seputar bahasa Koneq-koneqe yang merupakan khas daerah Campalagian. Jujur, saat itu saya untuk pertama kalinya tahu bahwa bahasa jenis ini ada dan cukup terkenal disana. Lalu, apa sebenarnya bahasa koneq-koneqe ini? pertanyaan yang kemudian muncul dibenak saya.
Bahasa Koneq-Koneqe Khas Campalagian (Ilustrasi : Tommuane Mandar) |
Sampai saat ini mendengar contoh bahasa koneq-koneqe ditelinga juga belum pernah sama sekali saya dengar, namun dari penelusuran kepustakaan mari kita lihat beberapa contoh bahasa ini :
Itu kutu'o : di situIni kone'e : ada di siniRiya' koro'o : ada disituPanteng : emberMio' : kelapaCuki : kucingMaca'bu ; harum; wangiMaca'bu : manisSapapaummu :Sa'buloako : {kasar}Pole : datangAllao : pergiAmmuning : kembali; pulangAllao lauling : pergi pulangAllao leleng : bepergianAghama : ada apaPole indoko : dari mana [kasar]Pole inrokie : dari mana [halus]Accaule : bermain
Meskipun saya bukan ahli bahasa tapi coba kita lihat perbedaan bahasa nya dengan bahasa Mandar. Ada kata yang berbeda walaupun ada juga kata yang sedikit sama. Bahasa koneq-koneqe menurut sejarah memang bukan merupakan bahasa Mandar. Bahasa ini adalah bahasa bugis yang masuk dalam penggolongan dialek dengan urutan ketujuh, entah urutan sebelumnya dialek apa, saya juga tidak melakukan penelusuran lebih jauh. Namun bahasa ini berkembang di wilayah Mandar (Campalagian) dengan latar belakang sejarah panjang sekelompok penduduk di masyarakat Bugis yang mengungsi kedalam wilayah kerajaan Balanipa.
Sejarah Bahasa koneq-koneqe
Sejarah bahasa ini melibatkan suku Bugis yang berpindah masuk kedalam wilayah kerajaan Balanipa pada suatu masa oleh karena perpecahan di daerah Cempalagi, hingga terdapat beberapa kelompok yang terusir dari Cempalagi dan masuk ke wilayah Mandar. Berikut ini adalah sejarah bahasa koneq-koneqe yang dituturkan oleh alm. Prof. Darmawan Mas'ud, ahli sejarah seputar Mandar.
Dahulu, terdapat kampung yang bernama Cempalagi di Bone, Sulawesi Selatan, yang didiami oleh masyarakat Bugis. Saat itu masih jaman kerajaan, suatu hari terjadi perebutan kekuasaan antara kakak beradik yang ingin menggantikan tahta ayahnya sebagai raja yang telah meninggal. Pemilihan pun dilakukan, namun karena sang kakak mempunyai watak keras, sombong dan serakah maka tidak ada rakyat yang mendukung. Sebaliknya sang adik yang baik hati dan dermawan didukung penuh oleh rakyat di Cempalagi. Sang kakak pun marah karena tidak terima dikalahkan oleh adik kandungnya sendiri. Ia pun berniat membunuh sang adik. Berkat ketulusan sang adik, ia berniat untuk mundur menjadi raja dan menerima kalau kakaknya yang menjadi raja. Namun sang kakak sudah kadung marah, sehingga ia tetap tidak terima keputusan adiknya itu. Akhirnya sang adik dan semua rakyat yang mendukungnya memutuskan untuk kabur dari desa Campalagi menuju daerah yang aman. Sang kakak ternyata tetap mengejar karena dendam terhadap adik dan semua rakyat yang ikut dengan adiknya.
Akhirnya sang adik tiba di perbatasan Kerajaan Balanipa (yang saat itu dibatasi oleh jembatan Mapilli) berharap akan mendapat perlindungan dari Raja Balanipa karena ia tau kakaknya tidak mungkin masuk ke kekuasaan kerajaan lain. Dan ternyata sang adik dan pengikutnya disambut baik oleh Raja Balanipa.
Selang beberapa lama Raja Balanipa akhirnya memutuskan untuk memberikan satu wilayahnya kepada sang adik dan pengikutnya asalkan mereka mau tetap tinggal di Balanipa. Sang adik dan pengikutnya setuju dan gembira dengan keputusan Raja Balinpa tersebut. Akhirnya mereka semua tinggal dan menetap di Balanipa dan wilayah itu diberi nama Campalagian.
Dari petikan sejarah seputar bahasa koneq-koneqe diatas tergambar bahwa ada pencampuran budaya bahasa yang berasal dari Bugis dengan Mandar. Di desa Bonde (Kampung Masigi) bahasa ini mungkin akan sering didengarkan, namun perlahan mulai terkikis dan beranjak punah, penuturnya sudah semakin sedikit. Penutur bahasa koneq-koneqe juga ditemukan di desa Parappeq atau Banua Baru, desa Passairang, desa Katumbangan Lemo, desa Buku, dan desa Panyampa
Orang-orang yang menggunakan bahasa ini juga mampu memakai bahasa Mandar sebagai bahasa yang mayoritas dipakai di Campalagian, jadi disaat anda berbicara dengan menggunakan bahasa Mandar maka mereka akan mengerti dan dapat membalas anda dengan bahasa Mandar, namun jika anda mahir berbahasa Mandar, belum tentu anda mampu berbahasa koneq-koneqe.
Sama halnya dengan bahasa daerah maka bahasa ini juga perlahan mulai hilang, dan sangat sedikit digunakan. Walaupun bukan bahasa Mandar namun bahasa koneq-koneqe memperkaya bahasa yang ada dan lestari di daerah Mandar. Jika anda mendengar bahasa ini maka dialeknya pun memiliki intonasi yang khas, seru untuk didengarkan.
Sumber Rujukan :
- Hudriansyah A (2012). Bahasa “Koneq-koneqe” Suku Mandar, Bahasa yang Terancam Punah. Available at : http://sejarah.kompasiana.com/2011/09/30/bahasa-koneq-koneqe-suku-mandar-bahasa-yang-terancam-punah-399699.html (diakses 28 Juni 2013)
- Anonim (2012). Koneq-koneqe Indonesia Dictionary. Available at : http://mandardictionary.blogspot.com/2012/01/kamus-koneq-koneqe-baca-kone-konee.html (diakses 28 Juni 2013)
- Anonim (2013). Asal Mula Bahasa Koneq-Koneqe. Available at : http://kacomandar.blogspot.com/2013_05_01_archive.html (diakses 28 Juni 2013)
Sumber : http://tommuanemandaronline.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar